
Jombang- Dulu, sopir merupakan pekerjaan yang dapat menghidupi kebutuhan sehari-hari. Ketika kendaraan pribadi masih jarang, angkutan umum menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat di daerah Jombang.
Namun bagaimana saat ini? Kemajuan teknologi dan ketatnya persaingan ekonomi membuat para sopir meratapi profesinya. Kemudahan memiliki motor, ditambah menjamurnya taksi dalam jaringan atau online membuat sejumlah sopir meratapi nasib.
“Apalagi ditambah dengan taxi onlinedan ojek online yang mulai menjamur di daerah Jombang membuat kami semakin sulit mendapatkan penumpang,” kata Aris, sopir dari Peterongan, kepada media ini, Senin (18/3).
Sebagai kepala keluarga, dirinya merasa resah. “Saya juga merasa bingung, karena pengeluaran lebih besar dibanding pendapatan,” keluh Aris.
Sebagai solusi, akhirnya sang istri juga turut bekerja untuk menutupi kebutuhan hidup. “Kalau tidak dibantu istri yang berkerja tidak akan cukup untuk menghidupi keluarga dengan penghasilan sebagai sopir yang di bawah 50 ribu rupiah,” ungkapnya. Dengan kondisi seperti ini dirinya memiliki pengharapan, khususnya kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang. “Secepatnya Pemkab bisa mengoptimalkan terminal di daerah Jombang dan menertibkan kendaraan online yang tidak resmi,” sergah Aris, sopir angkutan umum sejak 2004 ini. (Salsabilla Aurora)