Santri Pecinta Drakor dan K-Popers, Bagaimana Solusinya?
MAUWH.SCH.ID-
Saranghaeyo sobat pintar, penggemar Drakor dan K-Pop merapat yuk.
22 Oktober memang sudah berlalu namun sampai saat ini, semarak peringatan Hari Santri Nasional masih belum usai. Kegiatannya pun sangat beragam. Mulai dari apel, karnaval, beberapa even lomba dan berbagai acara lain masih trending di media sosial.
Nah, spesial memperingati HSN, mimin akan membagikan tulisan terkait Santri, Drakor dan K-Pop. Tahu sendiri kan, saat ini kedua hal tersebut sedang marak dikalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Bukan saja remaja non pesantren namun sudah menjadi hal lumrah bagi para santri.
Bukan tak bersebab, beberapa pesantren memang memberikan kelonggaran bagi santri untuk mengakses internet, kemudian media cetak juga menyediakan rubrik khusus akan hal itu. Seperti di Pondok Putri Al Fathimiyyah Jombang yang menyediakan koran sebagai bahan bacaan para santri. Lagi dan lagi, berita Drakor dan K-Pop menjadi favorit mereka.
Nah, sudahkah sobat pintar tahu dampak jadi pecinta Drakor dan K-Popers bagi santri?
Yuk, ikuti mimin di sini!
Perubahan gaya hidup dari santri K-Popers yang paling mencolok antara lain gaya bicara, mode pakaian, gaya rambut, metode belajar dan standar kecantikan. Sapaan Annyeong, eonni, dongsaeng dan oppa sudah menjadi bahasa sehari-hari. Cara berpakaian ala korea pun mulai merangsek ke sebagian pesantren.
Tidak berhenti sampai di situ gaes, cara makan yang biasanya menggunakan lima jari dan adu cepat dengan temannya sekarang berubah menjadi slay karena menggunakan sumpit dan garpu. Makanan ala korea mereka minta dari orang tua untuk dikirim melalui Kang Kurir. Belum lagi, banyak produk skincare dari korea yang digunakan. Tentunya, jika dilakukan secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kehidupan.
Sobat pintar,
Patut diakui jika Drakor memliki alur cerita yang menarik dan plot twist yang tidak bisa ditebak. Dengan melihat Drakor maupun mendengarkan K-Pop menandakan bahwa saat ini santri sudah melek terhadap budaya-budaya luar. Namun demikian, alangkah baiknya sobat mampu mengelola waktu, sehingga tidak lagi terdengar istilah ‘maraton drakor’. Mode berpakaian boleh mengikuti perkembangan zaman, namun sebagai Muslimah, apalagi seorang ‘santriwati’ seyogyanya tetap patuh terhadap syariat yang telah diajarkan di pesantren. Perlu diingat bahwa fashion ala nusantara tak kalah menarik nan cantik untuk dikenakan.
Penulis : Risalatul Mu’awanah
Diolah dari, Jurnal El-Hijaz Vol. 1 no. 1